Monday, October 03, 2005

Bangsa gila

"ledakan bom bali mengalihkan perhatian terhadap ledakan bbm. kerjaan siapa..."
lewat tengah malam sebuah sms masuk ke ponselku. beberapa jam setelah aku menyaksikan tayangan sela yang mengabarkan tiga ledakan yang terjadi di jimbaran dan kuta bali.

"entahlah. ini bangsa gila. negaranya bangkrut. orang-orangnya lebih suka memakan sesama." jawabku kesal. bagaimana mungkin ledakan itu masih bisa terjadi lagi? aku pusing. geram. membayangkan hidup yang makin tak aman.

membayangkan keamanan yang makin diperketat. menyerahkan tas kita untuk diperiksa setiap kali kita menghadiri sesuatu. meskipun bukan di tempat formal. bahkan dipasar tradisional sekalipun. (aku teringat pada peristiwa pengeboman di pasar tentena). membayangkan ruang lingkup yang makin terbatas. menghindar pusat-pusat keramaian karena takut nyawa melayang sia-sia (sebelum ini pun rasa was-was sudah meninggi. makan makanan beracun, wabah yang disebakan burung liar, ditabrak pengedara motor yang sedang ngelamun, ditodong pencopet di bus sementara kita tak punya uang). hidup kita jadi tergantung pada orang lain. (dan aku sempat ragu untuk masuk ke gedung 21 yang tengah memutar film yang kontroversial)

lepas dari kontroversi tentang otonomi khusus yang dimintakan oleh pemda yang bali yang konon akan menjadikannya wilayah yang eksklusif, termasuk terhadap kaum minoritas muslim disana, lepas dari pandangan-pandangan kritis yang menyayangkan kondisi wisata bali yang makin menjadikannya jauh dari natural(wajar saja ia kan telah jadi tempat wisata internasional), aku menyukai tempai ini. salah satu tempat (seperti yang pernah aku bilang) dimana kita bisa mengeksperikan diri tanpa takut tatapan aneh orang-orang sekitar. tempat dimana kita bisa bebas berjalan-jalan meskipun hanya menggunakan cawat. tempat dimana kita bisa dengan bebas menikmati keindahan pantainya tanpa harus bayar tiket masuk (meski kadang ada juga perlakuan diskriminatif terhadap turis lokal dibanding turis luar), aku mencintai tempat ini.

dan kita menjadi begitu paranoid. saling curiga satu sama lain. aku sendiri tak pernah bisa mengerti bagaimana mungkin fenomena bom bunuh diri bisa terjadi juga disini? sering membayangkan apa yang dibayangkan seseorang yang telah memasrahkan diri menjadi pengebom? bagaimana perasaannya sesaat menjelang eksekusi? apakah mereka hanya manusia-manusia klon yang tak lagi punya nurani dan akal sehat?

aku pusing. ini bangsa gila. negaranya bangkrut. orang-orangnya lebih suka memakan sesama.

No comments: