Thursday, June 23, 2005

Dua Momen yang Ingin Ku Abadikan Malam Ini

ku lihat gadis muda itu tersandar pada batas pemisah antara kursi supir dan penumpang di mikrolet M12 jurusan senen-kota malam ini. batas pemisah itu berterali. mirip seperti jeruji mobil tahanan yang memisahkan supir dan ruang belakang yang biasanya dikhususkan untuk para tahanan berat. dengan kostum yang dikenakannya saat itu, sosoknya mengingatkan gue pada perempuan-perempuan malam yang baru saja dirazia. dalam cahaya lampu mikrolet yang temaram gue ingin gambar perempuan ini bisa diambil.

kulihat sepasang sepatu dengan anyaman unik. seperti saling silang yang dianyam dari tikar. berkilap hitam. sepatu itu terpasang pada sepasang kaki yang sesungguhnya gue kenal. tak begitu dekat. karena kami teman kursus yang baru saja menggenapi 5 kali pertemuan selasa malam lalu. malam ini ia mengenakan motif lain yang kembali menarik perhatianku. kulit coklat dengan sol yang terlihat rapi. sepatu berkelas. aku tak berani menaksir berapa harganya. mengingat koleksi kamera yang ia punya pun sudah membuat aku tak mampu berfikir berapa penghasilannya dalam sebulan. belum lagi mobil mersi yang menjadi kesehariannya. wah...

lagi, aku hanya mampu mengingat momen ini dalam fikiran. berfikir mengapa aku tak mampu mengabadikannya. bagaimana sesungguhnya bisa mengambil gambar yang baik dan benar? tanpa rasa sungkan atau takut? bisakah kita dengan tiba-tiba mengeluarkan kamera dan entah dengan sengaja atau sembunyi-sembunyi mengambil gambar yang kita ingin? tanpa harus hirau dengan perasaannya atau bahkan perasaan kita sendiri?

Warteg 24 Jam

mungkin gue aja yang selama ini kuper ya...
kemarin malam gue diajak makan di warteg marmo. ini warteg katanya udah tenar kemana-kemana. tapi gue baru tau ada warteg ini semalam. kira-kira jam 10-an. setelah capek ngubek-ngubek perkakas di carrefour yang makin gila aja koleksinya.

apa yang istimewa dari warteg yang mangkal di tebet ini?
buat orang baru kayak gue mungkin agak berkesan. menunya lumayan lengkap (lebih banyak sih menu karnivora. so, buat vegetarian kayaknya mesti cari alternatif) meski dari segi rasa gak terlalu istimewa. porsi nasinya juga sedikit. macam porsi rumah makan padang lah. gue aja harus nambah. bukan karena ketagihan tapi memang gak nendang aja di perut.

keistimewaan lainnya: buka 24 jam. konon hari raya juga tetap buka. informasi yang terakhir ini tentu mesti di cek lagi.

di tengah timbunan lauk pauk dan ramainya pengunjung malam itu (katanya sih banyak juga artis yang mampir kesini...) gue sempet ngebet banget untuk nulis profil tentang warteg ini (mentang-mentang baru kelar kursus jurnalisme sastrawi mungkin...)

gue sempat bertanya-tanya, mana yang namanya pak warmo ya...?
temen gue gak ada yang bisa jawab. "mungkin juga udah mati". jawab temen gue enteng.
lalu berapa kira-kira omset seharinya ya? udah berapa lama pak warmo ini buka usaha? apa suka dukanya? udah keturunan yang ke berapa yang megang usahanya sekarang? apa hasil dari jerih payahnya selama ini?

bisnis rumah makan emang termasuk bisnis yang prospektif. kalau manajemennya bener tentu aja. karena banyak juga yang akhirnya gulung tikar. kabarnya bisnis beginian main dukunnya juga kuat. ini tentu perlu investigasi lebih lanjut. tapi bisnis makan pedagang kaki lima emang seringkali mengilik hati gue untuk bisa menelusurinya lebih jauh. sayang, biasanya keinginan hanya tinggal keinginan. apalagi gue juga belum tau mau di dayagunakan untuk apa tulisan gue nanti. selama belum mendesak dan gak ada funding yang bisa dijadikan sandaran biasanya keinginan ini menguap begitu aja. nanti juga lupa lagi. ketimbun sama keinginan lain.

malam itu sambil makan gue sempat ngelamun. mata gue sempat menangkap styreofoam kelap-kelip bertuliskan "warteg warmo, buka 24 jam" disalah satu ujung atas dindingnya. wah, ok juga nih buat diambil gambarnya. gue dah kebayang sudut-sudut mana aja yang bisa diambil. sayang gue gak bawa kodak (seperti biasanya... dasar jurnalis tanggung!)

Tuesday, June 21, 2005

21 Juni

tak akan ku ucapkan selamat ulang tahun untukmu kali ini.
tak akan.

Friday, June 17, 2005

Belum Saatnya

ada desir-desir aneh saat gue terima sms-sms-nya
siap jatuh cinta lagi nih...?!
tapi kok kayaknya umurnya dibawah gue ya...?!
hm, berondong bouw.. hm....

Friday, June 10, 2005

Mark, Janet, Tirto..

ini tentang kesibukan yang sempat melanda di bulan juni kemarin. kursus di EF, jurnalisme sastrawi, dan ambil kelas fotografi di oktagon. bayar 1,290 ribu untuk kelas basic di EF, bayar gratis untuk jurnalisme sastrawi (kecuali keluar ongkos buat transport pp) dan keluar duit 1,690 ribu untuk kursus di oktagon.

awalnya sempet semangat. ketemu orang-orang baru. bisa ngobrol secara nginggris dengan mark, tutor gue di EF yang funky banget. meski dengan bahasa yang blekak-blekuk. pun untuk kursus jurnalisme sastrawi yang di pandu janet. sebuah kelas yang menyenangkan. meski lama-lama bt juga. terutama karena janetnya cuma hadir di minggu pertama dan diganti dengan pengampu lain yang sempet bikin ngantuk berat (haruskah namanya disebut disini?). trus, ketemu orang-orang yang canggih di oktagon.

tapi segala kesenangan tentu ada masanya. seperti gue bilang. makin kesini makin bosenin. mark di EF sempet diganti bill. ini bener-bener jadi membosankan. dan gue sepet memutuskan untuk gak lanjut. meski merasa sayang. lalu kelas di oktagon juga sempet beberapa kali gue bolosin. makin kesini makin merasa gak dapet apa-apa. dan gue masih sering glagepan kalo lagi turlap. kenapa mau jadi pinter mahal ya? tanya kenapa...

Wednesday, June 01, 2005

Rumah Baru

ini kali ketiga gue pindah kos-kosan di daerah menteng. dapet rumah lumayan meski berada di perkampungan yang padet banget. mengingatkan gue pada lagu gang kelinci-nya lilis suryani. tapi sejauh ini gue enjoy. gak melo seperti kepindahan gue sebelum-sebelumnya. meski masih suka inget sama bajingan satu itu. hey, kemana aja lu, man...?! miss u but hate u!!!