Tuesday, December 13, 2005

gue yang semakin gendut, malas, dan egois

kata-kata gendut, malas, dan egois sesungguhnya tak punya korelasi yang baik untuk sebuah kalimat. kata gendut mungkin saja berhubungan dengan malas. tapi rasanya agak jauh bila harus disandingkan dengan kata egois. meski, bila dicari korelasi yang sekedar basa basi tentu tetaplah ada benang (kenapa selalu di sandingkan dengan kata merah?) yang menghubungkan ketiganya. apalagi kalau bukan sama-sama berbentuk kata sifat yang berkonotasi negatif. dan itulah yang akhir-akhir ini tengah dengan leluasanya bersarang dalam tubuh gue yang menyedihkan ini.

kata sifat pertama, gendut
waktu kuliah jaman 90-an dulu gue sempat mengalami bentuk tubuh ini. meski (entah sekedar menyenangkan hati) banyak temen gue yang bilang: "sebenarnya bukan gendut sih... tapi montok." haha...

timbangan saat itu berkisar antara 55-56 kilo. terasa benar badan susah bergerak. terutama untuk bagian pinggul ke bawah (ini entah merupakan anugrah atau justru nilai minus yang harus diperhatikan serius, bahwasannya bila mengikuti pola bentuk tubuh yang banyak disiarkan media mode, bentuk tubuh gue termasuk pola buah pir. alias membesar di bagian bawah). yang paling menjengkelkan adalah susahnya mencari mode baju yang pas dan enak dipandang mata (u know what, ukuran pinggang celana gue 30-31!)

beberapa tahun berikutnya entah mengapa banyak teman lama yang baru kembali bertemu merasa pangling dengan perubahan pada bentuk badan gue setelah itu. "eh ini atun yang dulu gemuk itu kan?" "ya ampun... lu kok kurus banget? abis make ya..."

ya ampun... gue sendiri sempat heran dengan reaksi temen-temen gue yang aneh itu. sebegitu drastis kah bentuk badan gue saat itu? meski timbangan tak pernah bergerak jauh dari angka 50 dan ukuran celana tetap 30 gue memang sempat merasa begitu merdekanya karena bisa dengan leluasa memilih model baju dan merasa heran, kok gampang ya cari ukuran badan gue sekarang? (hehe.. gue sempet menjalani diet swadaya sih meski tak selalu sukses. kau tau gue paling susah puasa makan dan resep diet saat itu tentu mengikuti prinsip pasar yang telah populer: makan nasi sesedikit-dikitnya dengan kuah sayur sebanyak-banyaknya. plus olah raga. meski cuma senam amatir!)

dan hari-hari belakangan ini rasa cemas akan makin gendutnya tubuh gue datang lagi. bukan sekedar cemas melainkan telah menjadi realita yang tak terbantahkan. gejala pertama adalah, bagian tubuh yang semakin memberat di bagian bawah. ini sebenarnya bukan kejadian tiba-tiba. setahun kemarin gue sempat merasa shock mendapati kenyataan bahwa satu-satunya kebaya yang gue punya namun belum pernah sekalipun gue pake mulai tak muat saat gue menjajal ulang. dan shock itu semakin menjadi saat kemarin gue pake baju renang dan tampak timbunan perut gue yang membuncit. omigod, menyedihkan betul bentuk tubuh gue sekarang...

sifat kedua, malas
ah, tanpa harus gue tulis panjang lebar pun kau pasti tau ini sifat bawaan yang susah banget enyah dari tubuh gue. hampir dapat dipastikan, tulisan ini pun tak dapat diselesaikan dengan baik karena rasa malas itu mulai datang lagi dan gue hanya bisa berjanji bahwa gue akan menyelesaikan bagian ini dan terakhir nanti. so, see u or kill me...

Kesempatan

Apakah semua orang memiliki potensi yang sama? Atau ia lahir dengan bakatnya masing-masing? Bila semua orang diberi kesempatan yang sama, pendidikan yang sama, apakah mereka akan memiliki kemampuan yang sama? Kemahiran yang sama?