Monday, May 12, 2008

Talk too fast

Entah telah berapa banyak yang bilang, aku kalau bicara terlalu cepat. Aku sendiri menyadari itu. Tapi untuk merubahnya kok ya tak semudah membalik telapak tangan (meski untuk penderita strok, hal yang terakhir ini bisa jadi sulit juga dilakukan). Setidaknya sebelum memulai pembicaraan atau menjadi pembicara, aku sudah memperingatkan diriku sendiri. Please be calm. Bicaralah dengan runut. Dengan intonasi yang enak diikuti dan didengar telinga (dalam hal ini aku terkagum-kagum dengan gaya bicara Pius Rengka, politisi gaek asal Manggarai, NTT atau Asmara Nababan, bos ku sendiri. Juga Hadar Gumay, orang nomor satu CETRO saat ini).

Tapi warning dari diri sendiri itu terbukti seringkali tak berfungsi. Atau berjalan. Aku sering di luar kendali diriku sendiri. Saat berbicara maunya cepat sampai. Sering tak sistematis. Otot mulut tampak sibuk berkejaran dengan pikiran yang ada di kepala. Sudah bisa diduga pula kerugian yang akan menimpa ku. Performance yang buruk, publik yang tak interest, dan aku sering tersesat sendiri. Lebih karena aku seringkali tak tau juga apa yang ingin aku sampaikan.

Mungkinkah aku perlu ikut kursus public speaking atau sejenis itu?

No comments: